Sabar merupakan salah satu kata yang
mudah diucapkan akan tetapi sulit untuk dilakukan. Banyak sekali orang yang
jatuh karena tidak mampu menahan kesabarannya, baik dalam masalah dunia maupun
dalam menanti ridhanya Allah.
Sabar adalah salah satu sifat mulia
dari manusia. Dengan bersabar berarti kita adalah manusia berjiwa besar. Dengan
bersabar, berarti kita bisa melihat hal yang lebih baik dari yang sedang
dihadapi sekarang. Dengan bersabar, manusia percaya bahwa Allah akan member
balasan yang jauh lebih besar untuknya.
Jika kita sedang ditimpa masalah atau kesedihan,
setelah melakukan semua hal yang telah dijelaskan sebelumnya, maka bersabarla.
Bersabarlah dalam menerima musibah, dan bersabarlah pula dalam menunggu
datangnya rahmat Allah. Sesungguhnya sabar adalah penolong yang paling sempurna.
Pada intinya sabar adalah menahan diri. Menahan diri
tidak marah, menahan diri untuk menerima, menahan diri tidak mudah tergoda, dan
lain-lain, kesemuanya itu adalah termasuk kesabaran.
Sabar ada bermacam – macam jenisnya, diantaranya :
a)
Sabar
terhadap gejolak Nafsu Diri
b)
Sabar
Pada kesenangan Hidup Dunia
c)
Sabar
dalam pergaulan antarmanusia
Contoh
: mengekang diri dari ghibah, perlu perjuangan menahan diri tetap sabar.
d)
Sabar
terhadap musibah
e)
Sabar
dalam beribadah
f)
Sabar
menunggu datangnya ridha Allah
Dalam surat AlFajr Allah menjelaskan kondisi orang yang sabar dan tidak
sabar ketika menghadapi takdir.Dalam satu riwayat rasulullah
shalallahuaihiwasallam bersabda: "Sungguh mena'jubkan urusan orang beriman
seluruh urusannya baik, jika diberi nikmat syukur, jika ditimpa ujian
sabar."
Apakah kita sudah
merasa cukup sabar? Semakin kita berilmu semakin tahu kebodohan kita, tahu
keteledoran kita. Syeikh Alalbany ketika dipuji dengan gelar-gelar tinggi
alallaamah, beliau mengatakan bahwa beliau adalah thulaibul ilmi.
Nasihat Sabar
Kenikmatan manusia
bertingkat-tingkat, ada yang kaya, milyader, jutawan, dan seterusnya, ada yang
kuat, sehat ada kadang sakit, ada yang sakit-sakitan. Semua itu sebagai ibrah
pelajaran bahwa Allah maha tahu dan bijaksana, Allah tidak menjadikan nikmat
sama, Allah tidak menjadikan semua orang kaya, semua orang sehat agar manusia
merasa saling membutuhkan, kalau semua kaya maka bisa jadi mereka sombong. Para
nabi dan rasul pun bertingkat, masing masing mempunyai keutamaan dan tingkatan
yang tidak sama.
Ketika kita berada di bulan Dzulqa'dah satu diantara
bulan yang dimuliakan atau disebut bulan haram, dan satu diantara bulan-bulan
haji, orang orang Arab dahulu berhenti berperang untuk siap siap haji.
Allah subhanawata'ala berfirman: “Dan kami jadikan
diantara mereka para imam yang mendapat petunjuk ketika mereka sabar dan yakin
terhadap ayat-ayat kami.” (Assajdah:24)
Bagi orang yang ingin menjadi orang besar, namanya
disebut-sebut dan didoakan dan ilmunya bermanfaat seperti para imam, hal itu
bisa dicapai dengan sabar dan yaqin.
Sabar itu manahan dan mengekang diri dalam 3 hal berikut:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah (tingkatan yang
paling tinggi)
2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan
3. Sabar dalam menerima takdir
Hudzaifah ibnul yaman shalat malam bersama rasulullah
shalallahu alaihi wasallam, beliau membaca AlBaqarah, Alimran, AnNisa, ruku dan
i'tidal tidak jauh panjang dengan lamanya berdiri. Abdullah ibnu mas'ud
berkata: Aku saat shalat bersama rasulullah shalallahuaihiwasallam, saking
panjangnya aku punya keinginan buruk, aku ingin duduk dan meninggalkan beliau. Rasulullah shalallahuaihiwasallam melatih
kesabaran murid muridnya dalam shalat malam.
Al a'masy punya pintu kecil dan anjing penjaga, barang siapa ingin
belajar darinya maka harus sabar melewati pintu rumahnya sebagai ujian
kesabaran.
Kesabaran nabi Musa diuji saat diperintah menemani nabi
Khidir, dia berkata saya pasti sabar. Berbeda dengan nabi Ismail ketika diuji
mau disembelih beliau berkata insyaAllah minasshobirin, dengan kehendak Allah
aku termasuk orang yang sabar, beda kalimat beda hasil, maka Ismail lebih sabar
dari Musa.
Imam Ahmad ibnu hambal safar singgah di rumah muridnya
ali ibnu madini, ali ingin menguji gurunya yaitu imam Ahmad, apakah hafalan
beliau masih tsiqah, ditanya diuji sampai 3 kali, tahu dikerjai muridnya maka
imam Ahmad menendangnya, Ali berkata tendangan ini lebih aku sukai dari pada
perjalanan yang panjang, karena dengan ini aku benar benar tahu ketsiqahan
guruku.
Ada tingkatan sikap dalam menghadapi takdir yang
menyakitkan ketika mendapat musibah:
1. Menggerutu tidak senang. Hatinya tidak senang, lisan
ngomel, anggota tubuh ngamuk, maka sebenarnya ia ditimpa dua musibah, musibah
dunia dan akhirat.
2. Sabar, walaupun hati tidak senang namun ia tetap
manahan diri dari menggerutu, tidak ngamuk.
3. Ridha, hati lapang jembar menerima musibah, ridha yang
sempurna seakan akan tidak kena sesuatupun.
4. Syukur (tingkatan paling tinggi), hati selalu
bersyukur, alhamdulillah atas segala keadaan, inilah tingkatan rasulullah
shalallahualaihiwasallam. Merasa lezatnya pahala dari menerima musibah
mengalahkan pahitnya kesabaran yang dirasakan ketika menerima musibah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar