Minggu, 06 Januari 2013

Jangan Pernah Putus Asa

SABAR

            Sabar merupakan salah satu kata yang mudah diucapkan akan tetapi sulit untuk dilakukan. Banyak sekali orang yang jatuh karena tidak mampu menahan kesabarannya, baik dalam masalah dunia maupun dalam menanti ridhanya Allah.
            Sabar adalah salah satu sifat mulia dari manusia. Dengan bersabar berarti kita adalah manusia berjiwa besar. Dengan bersabar, berarti kita bisa melihat hal yang lebih baik dari yang sedang dihadapi sekarang. Dengan bersabar, manusia percaya bahwa Allah akan member balasan yang jauh lebih besar untuknya.
Jika kita sedang ditimpa masalah atau kesedihan, setelah melakukan semua hal yang telah dijelaskan sebelumnya, maka bersabarla. Bersabarlah dalam menerima musibah, dan bersabarlah pula dalam menunggu datangnya rahmat Allah. Sesungguhnya sabar adalah penolong yang paling sempurna.
Pada intinya sabar adalah menahan diri. Menahan diri tidak marah, menahan diri untuk menerima, menahan diri tidak mudah tergoda, dan lain-lain, kesemuanya itu adalah termasuk kesabaran.
Sabar ada bermacam – macam jenisnya, diantaranya :
a)         Sabar terhadap gejolak Nafsu Diri
b)        Sabar Pada kesenangan Hidup Dunia
c)         Sabar dalam pergaulan antarmanusia
Contoh : mengekang diri dari ghibah, perlu perjuangan menahan diri tetap sabar.
d)        Sabar terhadap musibah
e)         Sabar dalam beribadah
f)         Sabar menunggu datangnya ridha Allah
Dalam surat AlFajr Allah menjelaskan kondisi orang yang sabar dan tidak sabar ketika menghadapi takdir.Dalam satu riwayat rasulullah shalallahuaihiwasallam bersabda: "Sungguh mena'jubkan urusan orang beriman seluruh urusannya baik, jika diberi nikmat syukur, jika ditimpa ujian sabar."
Apakah kita sudah merasa cukup sabar? Semakin kita berilmu semakin tahu kebodohan kita, tahu keteledoran kita. Syeikh Alalbany ketika dipuji dengan gelar-gelar tinggi alallaamah, beliau mengatakan bahwa beliau adalah thulaibul ilmi.
Nasihat Sabar
            Kenikmatan manusia bertingkat-tingkat, ada yang kaya, milyader, jutawan, dan seterusnya, ada yang kuat, sehat ada kadang sakit, ada yang sakit-sakitan. Semua itu sebagai ibrah pelajaran bahwa Allah maha tahu dan bijaksana, Allah tidak menjadikan nikmat sama, Allah tidak menjadikan semua orang kaya, semua orang sehat agar manusia merasa saling membutuhkan, kalau semua kaya maka bisa jadi mereka sombong. Para nabi dan rasul pun bertingkat, masing masing mempunyai keutamaan dan tingkatan yang tidak sama.
Ketika kita berada di bulan Dzulqa'dah satu diantara bulan yang dimuliakan atau disebut bulan haram, dan satu diantara bulan-bulan haji, orang orang Arab dahulu berhenti berperang untuk siap siap haji.
Allah subhanawata'ala berfirman: “Dan kami jadikan diantara mereka para imam yang mendapat petunjuk ketika mereka sabar dan yakin terhadap ayat-ayat kami.” (Assajdah:24)
Bagi orang yang ingin menjadi orang besar, namanya disebut-sebut dan didoakan dan ilmunya bermanfaat seperti para imam, hal itu bisa dicapai dengan sabar dan yaqin.
Sabar itu manahan dan mengekang diri dalam 3 hal berikut:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah (tingkatan yang paling tinggi)
2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan
3. Sabar dalam menerima takdir
Hudzaifah ibnul yaman shalat malam bersama rasulullah shalallahu alaihi wasallam, beliau membaca AlBaqarah, Alimran, AnNisa, ruku dan i'tidal tidak jauh panjang dengan lamanya berdiri. Abdullah ibnu mas'ud berkata: Aku saat shalat bersama rasulullah shalallahuaihiwasallam, saking panjangnya aku punya keinginan buruk, aku ingin duduk dan meninggalkan beliau.  Rasulullah shalallahuaihiwasallam melatih kesabaran murid muridnya dalam shalat malam.   Al a'masy punya pintu kecil dan anjing penjaga, barang siapa ingin belajar darinya maka harus sabar melewati pintu rumahnya sebagai ujian kesabaran.
Kesabaran nabi Musa diuji saat diperintah menemani nabi Khidir, dia berkata saya pasti sabar. Berbeda dengan nabi Ismail ketika diuji mau disembelih beliau berkata insyaAllah minasshobirin, dengan kehendak Allah aku termasuk orang yang sabar, beda kalimat beda hasil, maka Ismail lebih sabar dari Musa. 
Imam Ahmad ibnu hambal safar singgah di rumah muridnya ali ibnu madini, ali ingin menguji gurunya yaitu imam Ahmad, apakah hafalan beliau masih tsiqah, ditanya diuji sampai 3 kali, tahu dikerjai muridnya maka imam Ahmad menendangnya, Ali berkata tendangan ini lebih aku sukai dari pada perjalanan yang panjang, karena dengan ini aku benar benar tahu ketsiqahan guruku.
Ada tingkatan sikap dalam menghadapi takdir yang menyakitkan ketika mendapat musibah:
1. Menggerutu tidak senang. Hatinya tidak senang, lisan ngomel, anggota tubuh ngamuk, maka sebenarnya ia ditimpa dua musibah, musibah dunia dan akhirat.
2. Sabar, walaupun hati tidak senang namun ia tetap manahan diri dari menggerutu, tidak ngamuk.
3. Ridha, hati lapang jembar menerima musibah, ridha yang sempurna seakan akan tidak kena sesuatupun.
4. Syukur (tingkatan paling tinggi), hati selalu bersyukur, alhamdulillah atas segala keadaan, inilah tingkatan rasulullah shalallahualaihiwasallam. Merasa lezatnya pahala dari menerima musibah mengalahkan pahitnya kesabaran yang dirasakan ketika menerima musibah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar